Rabu, 21 Juli 2010

Sebuah Perenungan

Hari ini  memang akan menggelitik untuk menjadi bahan renungan, walau sejenak
Namun mereka yang hari-harinya tak lagi indah dan cerah oleh sebab berbagai kondisi yang menimpa
Tak cukup hanya untuk menjadi bahan pikiran saja
Tak sedikit yang kemudian memutuskan
Untuk mengakhiri hidup dengan menjerumuskan diri ke dalam ‘kubangan kotor’
Jalan mencari uang, menambah deret kriminalitas yang sudah kian tinggi angkanya
Atau putus asa dan kemudian bunuh diri
Hari ini dan seterusnya mari  kita tata kembali hati dan pikiran
Mencari-cari di setiap sudut, apakah masih ada kepedulian itu tersimpan di sana
Ataukah sudah terkubur?
Dan usang oleh waktu yang berlalu dari masa saya masih berkecimpung di dunia itu?
Dan tak akan kita temukan jawabannya!
Kecuali bila tangan ini telah terbuka untuk melakukan sesuatu (lagi) untuk mereka
Entah dengan cara apa!

Adakah yang (masih) peduli?
Akan nasib dari sekian banyak generasi muda bangsa ini yang telah layu sebelum masanya
Oleh sebab berbagai kejadian buruk yang harus mereka hadapi
Oleh sebab ketidakpedulian dari kita yang tega membiarkan nasib mereka tersia-sia


Ngawi, 13 April 2010
Kutulis saat aku tak mengerti apa arti keadilan di negeri ini. Apa arti keadilan bagi mereka yang bergelimang harta??? Bagi mereka  keadilan adalah setumpuk uang yang dapat mematahkan palu peradilan .Namun tidak bagi kami kami kami tak punya apa apa, kami hanya punya kehyakinan bahwa Tuhan itu tidak tidur.  Aku hanya ingin anak-anak itu dapat bersekolah dengan layak tanpa harus melewati keadaan yang seharusnya tak perlu mereka hadapi dan jalani. Namun ternyata keadaan berkata lain. Kami harus menghadapi maslah seperti ini. Sebuah Juklak dan Juknis dalam  Permen dapat mematahkan “Ujung Tombak Perundangan Di Negeri Ini”. Mematahkan kesempatan anak bangsa untuk menikmati layaknya sebuah pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar