Jumat, 23 Juli 2010

Aku Lelah !!!


Aku mulai lelah, ketika aku tak bisa lagi menghentikan ambisiku. Sebenarnya apa yang aku inginkan ? Aku selalu mengejar yang belum aku miliki. Wanita, harta, kekayaan, status sosial, pengakuan, hak untuk dihormati. Semua yang berbau duniawi sudah aku jelajahi, tapi tak kunjung kudapatkan. Waktu, tenaga, pikiran, keringat, serta hari-hariku telah menguap bersama dengan perjalanan ambisiku. Sebenarnya apa yang aku cari ?
Ketika waktu dan hari-hariku berusaha aku kalahkan, sepertinya ada sesuatu yang membengkokkan. Kekuatan itu begitu dahsyat sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku seperti berdiam di tempat. Padahal banyak tempat sudah aku singgahi. Aku ingin marah. Marah kepada siapa ? Aku ingin teriak. Teriak untuk siapa ?
Aku ingin berlari, menuruni bukit, mendaki gunung, menyusuri hutan-hutan, menjelajahi lautan, berharap tak menemukan tepian. Tapi untuk apa ? aku bukan seorang cengeng yang berputus asa mengharap kematian. Aku adalah setitik sel terkuat dari jutaan sel spermatozoa ayahku yang berhasil berlari kencang menyelusup ke indung telur ibuku. Kalau boleh jujur, aku sangat suka ke-tak-teraturan daripada ke-teraturan. Tapi apakah suka itu akan selalu menguntungkanku dimata penciptaku ? Tidak! Nyatanya, bagaimanapun aku harus tunduk dengan ke-teraturan. Bagaimana jika aku selalu menerobos lampu merah di jalan raya ? bukankah itu akan membahayakanku dan orang lain ?  padahal aku sangat benci lampu merah.
Mimpiku ...

Aku lelah, karena aku tak bisa istiqomah untuk selalu berkorban. Berkorban untuk tidak menuruti ambisiku. Bukankah Tuhan tidak pernah tidur dan selalu mengawasiku ?
Hidup bagaikan berjalan menyusuri labirin. Tidak akan pernah tahu kapan akan melihat pintu keluar. Hidup tak pernah terlihat ujungnya. Kapan aku menjadi apa, kapan aku menjadi siapa. Hidup adalah sebuah misteri. Mungkin itu yang dipesankan di telingaku ketika aku hendak lahir ke dunia. Jauh disana, Tuhan membisikkan suaranya sesaat sebelum aku lahir, “jalani hidupmu, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bahkan ketika engkau meninggalkanKu sekalipun, Aku tetap mengawasimu.”
Tiba-tiba aku terhentak dengan bisikan ditelingaku. Lihatlah hidupmu, bukankah engkau masih selalu Kuberi kenikmatan. Yah, Aku masih bisa merasakan kenikmatan. Ketika aku melihat anak-anak pergi ke sekolah di pagi hari. Ketika bayangan mereka masih condong kearah barat, aku selalu terharu dan kadang menitikkan air mata. Mereka berjalan, naik sepeda. Mencoba menjalani hidupnya untuk menanam benih-benih masa depan. Mereka berduyun-duyun disinari sang surya yang tak pernah lelah datang di pagi hari. Saat seperti itu, aku merasa jiwaku sangat damai, aku merasa rindu dengan saat-saat seperti itu. Saat dimana aku bisa menjalani aktivitas belajar. Ketika jiwa masih jernih. Ketika dosa-dosa belum banyak hinggap di dada ini. Keluguan masih terpancar di wajah-wajah kami. Wajah-wajah yang terpancar dengan aura cemerlang dari ke-optimisan dan  ke-teraturan. Wajah-wajah yang penuh dengan mimpi, dan ambisi yang masih sedikit.

0 komentar:

Posting Komentar