Senin, 30 Agustus 2010

Tentang


Bermakna Tidaknya Sebuah Cerita Tergantung Siapa Yang Baca, Mungkin Bagi Saya Bermakna, Bagi Dia Biasa Saja. Dan Bagi Mereka Seperti Sampah!
Adakalanya sebuah cerita sungguh bermakna, bukan dengan hanya dengan membacanya. Tapi saat - saat di penuhi ketenangan kita merenungkannya. Inilah sedikit kisah yang muncul dikepala saat minum kopi dikala senja ;
# TENTANG BERSYUKUR
Seorang tukang becak dengan tubuh yang masih lelah langsung menemui istrinya , “Bu, ini pendapatan ayah hari ini. Lumayanlah. Memang cuma agak sepi! “
Sang istri langsung menghitungnya setoran suaminya, “Pak, kok cuma segini?! Mana cukup untuk keperluan besok! ” Dengan muka cemberut sang istri meninggalkan suaminya yang masih kelelahan, dan hany mengurut dada.
Pernah saya mengalami kecelakaan motor saat di bonceng teman, akibatnya bibir saya pecah dan harus di jahit. Tapi setiap kali saya ceritakan saya masih bisa berkata, “Untung cuma bibirnya yang pecah, bukan kepala! “
# TENTANG MEMBERI
Ada teman yang punya teman lagi. Nah temannya ini masih sekolah SMP Kelas dua waktu itu. Setiap hari kalau ke sekolah ia selalu membawa apa yang ia bisa bawa. Kue dan uang jajan selalu ia sisihkan untuk di berikan kepada pengemis di jalanan. Karena panggilan hatinya melihat para pengemis yang menyedihkan. Semua ia lakukan walau harus mengurangi jatah makan dan uang jalannya.
# TENTANG MEMAKLUMI
Seorang bapak entah karena mengantuk dalam suasana jalan yang macet, tanpa sengaja menabrak motor yang di depannya. Merasa bersalah ia cepat-cepat meminta maaf. Tapi yang di tabrak tak terima. Mencak-mencak dan memaki-maki. Padahal motornya tak ada kerusakan apa-apa. Bapak itu cuma bisa mengurut dada yang tidak apa-apa. Karena banyak yang melihat, akhirnya yang ditabrak pergi sambil marah-marah.
Pernah pembantu di rumah mencuci baju kurang bersih, istri saya pun sedikit marah dan saya hanya bisa bilang, ” Ya, sudahkah, kalau memang kelihatan masih kotor kan bisa di cuci lagi. Beres, kan?!”
# TENTANG BICARA
Sahabatku tiba-tiba diam seribu bahasa dan selalu menghindar bila bertemu saya. Saya sampai bertanya-tanya ada apa ini? Apakah sudah sombong, pikir saya. Akhirnya saya selidik sana-sini. Kemudian teman memberitahukan, “Kamu telah menyakiti hatinya. Kamu kan pernah meledek dia. Dia marah dan tak bisa terima! ” “Oh. . . Begitu, meledek yang mana ya ? Coba saya pikir! Ehmm, saya ingat. Pasti yang itu! Padahal cuma bercanda lho. . . ” kata saya sembari geleng-geleng. Tapi teman itu mengingatkan, “Tapi ia tersinggung! ” “Kalau begitu, saya harus minta maaf padanya, ” saya menyesalinya.
# TENTANG MELIHAT SISI BAIK
Seorang teman berkata blak-blakan pada kawannya, “Saya heran, kenapa kamu yang ganteng begitu dapat istrinya jelek, mana hidungnya pesek! “
Tanpa rasa tersinggung teman ini menjawab, “Oh, ya! Saya baru tahu lho hidungnya pesek, soalnya yang selalu kulihat adalah bibirnya yang seksi selama ini! “
Seorang ibu marah kepada anaknya, “Kamu kok jelek sekali nilai matematikanya. Contoh abangmu, nilainya bagus.” Padahal dalam menggambar anak itu juara satu. Dan masih ada kelebihan lainnya.
# TENTANG MENGALAH
Suatu waktu, saat melewati sebuah gang yang sempit , aku menghentikan langkah untuk memberikan kesempatan kepada seorang ibu-ibu untuk lewati dulu dengan memiringkan badan . Untuk itu saya mendapat sebuah senyuman, yang saya rasakan lebih indah daripada miliknya Monalisa.
Pernah juga suatu ketika naik busway yang penuh sesak. Melihat saya menggendong si kecil yang sedang tertidur, ia langsung bangkit untuk memberikan tempat duduknya. Saat saya bilang tak usah. Dia menjawab, kalau dia turunnya dekat. Tapi saya lihat sepanjang jalan ia tidak turun-turun juga. Ternyata turunnya berbarengan dengan saya!
# INDAHNYA PERBEDAAN
Saat melayat orang tua teman yang beragama Buddha meninggal di rumah duka, saya sedikit kaget juga. Kenapa? Karena saya keluarganya banyak juga yang muslim _ tahunya karena pakai kerudung!” Kemudian ia bercerita, kalau keluarganya adalah keluarga yang penuh perbedaan. Kakaknya dan pamannya ada yang muslim, adiknya nasrani, dia sendiri Buddha, dan istrinya muslim. Tidak ada masalah, justru komplit jadinya. Lebih sering bisa bersilaturami. Lebaran kumpul. Natal kumpul. Imlek kumpul. Tahun baru masehi kumpul. Bukankah indah? “Ya, Selama kita tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada! ” Kata teman itu.
# TENTANG KESABARAN
Karena terburu-buru saat mandi tidak membawa handuk, setelah selesai mandi baru sadar. Akhirnya saya teriak -teriak, “Dede. . , tolong cepatan ambil handuk papi. Cepat!”
Dan segera si kecil muncul membawa handuknya tapi ada wejangannya, “Papiii…kalau jadi orang itu yang sabar ya. Ini handuknya!” Mendadak saya jadi bengong dan mati kutu.
# TENTANG BERTERIMAKASIH
Dulu saya diajarkan kalau makan itu jangan dihabiskan, katanya disisakan untuk makhluk yang tidak kelihatan. Kalau ke rumah orang, jangan dihabiskan karena nanti dikira kelaparan. Tapi sekarang saya diajarkan, kalau makan harus dihabiskan. Itu wujud sebagai rasa terimakasih, kepada Tuhan, para petani dan juga yang memasakan. Memang benar juga!
Setiap saya memberikan sesuatu ke anakku, kalau reaksinya cuma diam, saya akan bertanya kepadanya, “Kenapa dede cuma diam! ” Kalau sudah ditanya begitu, ia akan bilang, “Terimakasih papi, papi baik! “
# TENTANG MENCINTAI
Ketika muda punya pacar orang Medan, suatu ketika ia menulis surat yang isinya menginginkan hubungan kami cukup sudah sampai disini karena ia akan kembali ke pacar lamanya . Walau dengan hati yang berat, saya hargai kejujurannya tanpa harus sakit hati. Karena itulah artinya cinta yang tak harus memiliki.
# TENTANG BERKORBAN DAN MENGASIHI
Saya mengenal banyak sahabat yang hidup dalam pelayanan. Yang rela meninggalkan keluarga dan pekerjaan, bahkan negaranya demi pelayanan untuk kebaikan umat manusia. Suatu saat ada yang berkata, “Banyak yang salah paham dan menyalahkan mengatakan kami kejam, karena meninggalkan anak-anak dirumah. Tapi mereka tidak mengerti, kami relakan kasih yang kecil ini untuk melakukan kasih yang lebih besar. Kalau di rumah, mungkin kami hanya bisa mengasihi anak kami dua orang. Namun dengan kami keluar melakukan pelayanan ini, tak terbayangkan berapa banyak anak yang bisa kami kasihi. Seperti juga yang dilakukan Bunda Teressa di Kalkuta, India. Dalam diam aku penuh keharuan. Kasih sejati, sungguh indah !
# TENTANG TANPA PAMRIH
Waktu dulu tinggal di Serang saya mengenal seorang pengurus yayasan. Ia mengatakan pada saya kalau ada yang benar-benar membutuhkan bantuan boleh hubungi dia. Selama ini ia sudah sering salurkan bantuan-bantuan langsung tunai. Saya tanya donaturnya siapa? Saya tak mendapat jawaban, karena orangnya sudah pesan tak perlu kasih tahu siapa-siapa!
# TENTANG HARAPAN
Yang namannya hidup pasti ada kalahnya mengalami kesusahan. Namun dalam keadaan susah yang bagaimanapun, aku selalu berkata pada diriku, “Kamu boleh hidup susah, tak punya apa-apa. Tapi kamu masih punya harapan, selagi ada kemauan!” Jadi hidup dalam pencobaan yang seberat apapun telah aku lalui dengan selalu menggantungkan harapan akan hari esok yang lebih baik.
# TENTANG IMPIAN
Seorang kawan lagi yang waktu kecilnya hidup dalam kesusahan. Saat menonton tv yang menampilkan acara tentang tembok Cina, ia hanya bergumam, suatu saat aku akan kesana. Ibunya berkata, “Nak, jangan bermimpi, kita ini orang susah. Kamu besarnya paling seperti bapakmu jadi petani!” “Mak, aku tidak bermimpi, tapi itu impianku. Kita pasti bisa!”
Saat besar, ia bukan hanya bisa ke tembok Cina. Tapi bisa keliling dunia. Itulah sebuah kekuatan impian.
# TENTANG KESOPANAN
Entah apes atau beruntung suatu hari setelah mengambil sesuatu dari kulkas, tanpa sadar saya menutup pintunya dengan menggunakan kaki. Dan itu terlihat oleh si kecil. Langsung ia berkata lantang, “Papi, yang sopan dong! Kalau tutup pintu pakai kaki itu tidak sopan namanya!”
Kata-kata yang sederhana tapi sungguh mengena di hati saya.
# TENTANG HATI YANG MEMAAFKAN
Adakalanya si kecil suka nakal dan saya terlalu keras mengajarinya. Kadang ia akan menangis dan ngambek . Biasanya setelah selesai memarahinya kadang saya diliputi kesedihan yang sangat. Setelah itu saya peluk dia, “Maafkan papi ya, marah-marah sama dede!”
Dengan lucunya ia akan berkata, ” Ya, udah…. dede maafin. Tapi kan itu buat kebaikan dede juga!”
Namun dilain waktu kalau si kecil nakalnya sudah terlalu, saya akan bilang sama dia, “Lihat mata papi!” _ karena merasa salah dia takkan berani memandangi saya.
Kemudian saya lanjutkan, “Dede tahu kenapa papi marah? “
Setelah mendengar saya bicara begitu, pasti dia akan menjulurkan tangan dan berkata, “Ya, udah. . . Maafin dede. Dede salah, nanti gak nakal lagi!”
Dan diakhiri sebuah pelukan.
Tanpa terasa kopi di gelas habis sudah. . . Waktu berlalu begitu cepat. Inilah sedekit cerita yang teringat. Mungkin begitu sederhana dan tak mengundang selera. Tapi bagi saya sungguh bermakna.
Dilain kesempatan saya akan mencoba merenungkannnya dalam-dalam untuk sebuah kesadaran yang baru.
By Google


Selamat malam dan selamat mimpi indah para sahabat terbaikku, hari ini sungguh melelahkan ..... aku ingin terlelap bersama kalian.

Jangan Takut Untuk Menulis


Jangan pernah takut untuk menulis …
Ketika duduk di bangku sekolah dasar, menulis merupakan salah satu hal yang paling kubenci , tentu saja saat mengarang merupakan saat saat yang paling menyiksa, bagaimana mungkin aku bisa menulis beberapa kalimat jika satu kata saja tidak terlintas di dalam benak , bagaimana aku bisa memaparkan cerita tentang liburan sekolah jika liburan itu tidak pernah ada, bagaimana bisa ???
Hari demi hari, bulan demi bulan , dan tahun pun mulai berganti, hal yang kubenci berubah menjadi ketakutan yang tidak bisa kujelaskan secara singkat , walaupun mungkin semua yang bisa kuceritakan pernah ku alami ( hei, sekarang aku sudah merasakan liburan lowh), tapi entah ketakutan itu selalu muncul begitu ku ingin menulisnya diatas kertas, Byarrr…… hilang begitu saja , seolah tidak pernah ada kejadian yang bisa kuingat didalam secarik kertas.
Sejak setahun lalu semua berubah, tepatnya sejak ditinggal pergi oleh sang kekasih. Rasa sakit yang teramat perih hingga  air mata tak cukup lagi membendung semua kesedihan yang ada, hei… aku harus cari alternatif lain untuk perasaan yang menyiksaku ini.
Entah apa yang terjadi seolah jiwa ini meloncat dari tubuhku, mengambil kertas sebagai arena pertarungan perasaan yang kupunya , dan pena sebagai senjata untuk melawan rasa sakit yang kuderita , pena itu bergerak begitu cepat  , seolah menari bebas diatas kertas menikmati pertempuran dari kacaunya perasaan, saat gerakan pena mulai berhenti “hei… aku telah menang”, “hatiku telah lega sekarang” , perasaan sedih , kehilangan, penyesalan telah terurai dengan sempurna dalam barisan kata-kata indah yang membuat aku mengerti, aku tak perlu lagi bersedih.
Siapa yang ‘tak kenal facebook sekarang ini ? kurasa pengemis jalanan pun mengenalnya, dan ketika hari mulai malam , mereka mengupdate status di facebooknya “hari ini melelahkan, hanya dapat sedikit”, “hari ini lumayan, ada mobil bagus kasih 20.00 rupiah”, ya itulah yang kupikirkan untuk berbagi perasaan atas tulisan pertama yang telah kubuat , Dan hasilnya cukup membuatku takjub, banyak yang membacanya dan memberikan “jempol” mereka , serta kisah kisah mereka, Aku tidak sendiri dan tulisan telah menyelamatkanku dari kegilaan kehilangan seorang kekasih.
Ketika engkau menulis, ada perasaan yang kabur begitu saja dari pemiliknya, penuh penantian dan harapan, dan ketika orang lain membacanya, jiwa itu telah menemukan tempat tinggal yang baru. Menulis telah menjadi kegilaan yang mengasyikan, dan kegilaan itu hanyalah setengah dari ketika kay mendapatkan tanggapan atas tulisan itu. Ini menyenangkan , sungguh teramat menyenangkan, jadi mengapa kau takut untuk menulis, ketika aku tidak takut lagi untuk menulis ???


Nb : (sedikit kata disensor....tuuuttttttttttttttttttt ) Aku bahagia sekarang ini, dan menulis telah banyak membantuku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Bagi kalian yang suka menulis, teruskan saja kita berkarya, kita berjaya. Karena hidup ini milik kita.

Obrolan Semut 'Kedai Kopi Pagi Hari"

Jah gajah rene tak kandani jah.
Mripat koyo laron irung dawa kuping gedi
Pantaslah kalau gak bisa liat, dan cepet sekali mendengar, bahkan hal-hal yang gak jelaspun kau dengar
Ya kurang lebih seperti itulah perkataan semut-semut tadi pagi saat mereka sedang berpesta kopi manis.

Aku ingin menginjakmu semut sialan .......
Kau yang sialan dasar gendut tak tau diri

Minggu, 29 Agustus 2010

Pak Guru


Dakkk !!! Debu kapur tulis berhamburan dari penghapus yang terlempar ke papan hitam di depan. “Taruh mana otak kalian…Perhatikan baik-baik, belum satu pun tulisan yang dihapus…Pikir !!” Wajah tegang dan kemerahan menahan gerah menanti dengan harap-harap cemas, siapa yang akan ditunjuk menjawab soal aljabar itu. Pemandangan yang sudah tak asing lagi dan hampir tiap hari tersaji.
Banyak yang bilang, hanya melihat perawakan dan wajahnya saja sudah membuat runtuh ketegaran hati anak murid. “Cik, kenapa anak bungsumu masih saja mau les dengan masku ?” tanya bulik saat bertemu dengan salah satu pemilik toko di Pasar Kawak. “Ya pastilah, mbak…meskipun terkenal galaknya bukan main, anakku yakin berhasil kalau les dengan mas sampeyan. Buktinya sekarang anak-anakku yang lain jadi bisa masuk ke SMA dan Universitas terkenal..”
Badan tinggi tegap dengan kulit gelap itu mengayuh sepeda ontel tuanya tiap hari. Jarak 3 kilo harus ditempuhnya untuk mendapatkan struk gaji di tiap akhir bulan yang terkadang memang hanya betul-betul tinggal struk gaji saja tanpa ada lagi lembar kertas berharga lainnya. Pengabdian ? Entah lah… Yang pasti bapak masih suka cerita tentang bekas murid-muridnya dengan penuh kebanggaan.
Meringkuk dan menggigil kedinginan menahan demam tinggi di pembaringan sepulang dari perjalanan luar kota. Hanya diam tanpa bicara sepatah katapun dengan anak-anaknya yang ribut mencari oleh-oleh. “Bapakmu kecewa, le…tersinggung disepelekan orang, kalau punya anak banyak jangan muluk-muluk sekolahkan tinggi-tinggi, apalagi hanya andalkan gaji guru saja.” Ternyata bapak pergi keluar kota cari utangan, buat bayar sekolah anak-anaknya. Lama juga bapak itu terbaring sakit, entah meratapi nasibnya atau menangisi orang yang dia anggap memiliki intelektual tinggi tapi ternyata berpikiran picik.
Bapak memang tidak bisa jadi orang kaya, tidak pernah tahu caranya mencari uang selain hanya lewat “tandatangan struk gaji” saja. Banyak orang mau beri uang tanda terima kasih, tapi semua itu ditaruhnya di sekolahan. Ibu bilang bapak orangnya kaku, kalau sudah punya prinsip akan sulit mengubahnya. Banyak yang sebal dengan sifatnya karena dengan kekakuannya itu sering membuat sulit orang lain. Diantara diamnya bapak, terselip kecerewetan yang luar biasa meski itu hanya gara-gara remah roti kering yang jatuh di lantai rumahnya. Rumah KPR kebanggaannya yang masih jauh dari kata lunas dan nyaris tiap bulan terancam ditempeli stiker merah dari bank.

Bapak memang tidak selamanya mengayuh sepeda ontel tua hitamnya. Pernah merasakan naik motor Honda GL 100 tiap hari pulang pergi dari kota menuju pegunungan selatan yang berjarak tiga jam perjalanan, pernah juga merasakan naik sedan Holden Torana buatan tahun 1972 meski hanya sebentar karena titipan orang, pernah juga merasakan pulang-pergi naik bus dari kota menuju kawasan hutan jati di penghujung karirnya sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri Kabupaten.
Sekian waktu setelah mengakhiri perjalanan dengan “seragam safari”nya, tubuhnya sudah semakin rapuh termakan usia. Ketegapannya sudah jauh berkurang, rambutnya pun kian memutih. “Ikut belasungkawa ya, dik…saya dulu muridnya bapak,” salam takzim seorang paruh baya yang sudah mulai beruban pula rambutnya.

Gajah Itu Mati Karena Seekor Semut

Kapan nieeeee uang e keluar ????? Yaa ya ya ya ....hanya itu yang kau tahu, tiada perimbangan, tiada peningkatan, sama saja alias bohong,kempong, sedulure ora ana bedane. Tentang manusia-manusia yang menjalani proyek gagal yang dikatakan para teman-tpeman di Lembaga %^()(*(^$%$% , para sahabat yang selalu berkecimpung dengan 16 digit angka misterius. Yoooo tentune termasuk aku, soale aku yow melu ngomong.

Sedang si Empunya??????

Kata-katanya kurang lebih atau sama dengan "kapan yaaaaa uangku keluar", buat lebaran, beli mobil baru, motor baru, bahkan buat beli pasangan hidup baru, jia hahahahahahahahahha.
Apakah seperti itu harapan pertama dari dari diluncurkannya produk yang ternyata akan menjadi produk gagal ini???
Yang setiap hari menjejali otak ku tentang mereka. Orang-orang yang mungkin sudah lupa arti kata syukur!!!!!

Arghhhhhhhhhhhhh sabar sabar sabar sing sabar lahhhhhh. Jarene Pak Ustadz Gusti Kang Maha Kuasa mboten sare. Ancen iyow kok e, faktane dan menurut analisis sentilan sentilun Metro TV,  mobil-mobilnya banyak yang ringsek ( tapi mosok iyow ape tak pajang fotone??? perasaan donk aku punya hati donk ), orang-orangya juga banyak yang pada ringsek. Beruntunglah hidupku lebih bahagia karena aku dan teman-temanku seperjuangan bisa membelikan mereka mobil, motor, menaikan haji, membiayai kuliah anak-anaknya. Wah wah wah betapa mulianya kita, Astgfrlhhhhhhh..... kok sombong dadine.

Kadang saat kita sakit ati dengan mereka ingin kita ganti satu digit angka dari 16 digit angka itu. Manusiawi kan???? Tapi kok kalau itu kita lakukan apa bedanya dengan mereka???? Yang hobinya mengada-ada sesuatu yang belum ada dan tak kan pernah ada dalam hidup mereka.

semut yang manis, kerja ya buat aku....aku mau bubuk dulu

Ahhhhhh ya sudahlah.... Biarkan gajah-gajah itu semakin gemuk, makan enak tidur nyenyak. Tapi bukankah sewaktu kita kecil permainan jari kita mengajarkan bahwa gajah akan mati oleh seekor semut???

Sabtu, 28 Agustus 2010

KEGADISANMU?…KUBIARKAN KAU MENIKMATI MALAM PERTAMA

Lenguhanmu terasa merdu ketika ku usap dadamu
Kau bersuara..aahhh
Kukecup keningmu dengan mesra
Kaupun berkata ..”Maass…”
Kumainkan jari jemariku dintara labirin-labirin tubuh mulusmu
Kusatukan dua badan kita
Kau kemudian menggeliat

Kau melenguh kembali saat kuayunkan milikku
Kurasakan sesuatu yang baru
Yang membawaku terbang tinggi
Tidak ada hambatan tidak perhentian
Semua berjalan lancar
Hatiku berkata
Ada yang mendahuluiku
Ada yang sempat membuka pintu penghalangmu
Namun,
Tak kupaksa hatiku berfikir
Tak ku perintahkan otakku mencari
Karena
Ku mencintaimu
Aku menyayangimu
Kubiarkan kau menikmati tidur panjangmu
Dipangkuan tanganku
Ke belai mesra hitam rambutmu yang panjang terurai
Hatiku tetap berkata
Siapa yang mendahuluiku


(kisah seorang yang menikahi gadis, –entah masih perawan atau sudah tidak–, dengan penuh cinta)

Rabu, 25 Agustus 2010

Alkisah Lelaki Sejati (Catatan Seorang Sahabat)

"Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang
disekitarnya….

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran…..

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami
persoalan…

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu…

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya…

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan…

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci, tetapi dari konsistennya dia
menjalankan apa yang ia baca…"

Mungkinkah aku bisa menjadi"LELAKI SEJATI"??? ...
Semoga...


Minggu, 22 Agustus 2010

Kenapa Harus Air ???

Air bersifat mengalah, namun selalu tidak pernah
kalah...

Air mematikan api dan membersihkan kotoran...

Kalau merasa sekiranya akan dikalahkan, air
meloloskan diri dalam bentuk uap dan kembali
mengembun...

Air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi
abu...

Bilamana bertemu batu karang, dia akan berbelok
untuk kemudian meneruskan perjalanannya
kembali...

Air membuat jernih udara sehingga angin menjadi
mati(saat hujan turun)...

Air memberikan jalan pada hambatan dengan
segala kerendahan hati, karena dia sadar bahwa
tak ada satu kekuatan apapun yang dapat
mencegah perjalanannya menuju lautan...

Air menang dengan mengalah, dia tak pernah
menyerang namun selalu menang pada akhir
perjuangannya



Karena air memberi kita kehidupan
menyiratkan berbagai pelajaran
makna kehidupan


Masih kurangkah alam berbuat baik kepada kita?
Apa yang tlah kita berikan pada alam????? 



FENOMENA SERTIFIKASI GURU TERHADAP PENDIDIKAN INDONESIA



A. Pendahuluan
Realitas pelaksanaan sertifikasi guru dan pendidikan di Indonesia. Pada saat ini merupakan fenomena yang harus dikaji kembali, bagaimana efisiensi dari sertifikasi, dampaknya bagi guru dan peserta didik serta bagaimana masa depan pendidikan di Indonesia.
Fenomena ini menjadi daya tarik bagi penulis untuk mengulasnya, karena merupakan realita pendidikan kita dewasa ini. Sertifikasi menjadi buruan yang tak terelakkan bagi para guru. Dengan sertifikasi, para guru berlomba untuk mengumpulkan berbagai sertifikat dan piagam yang harus dimiliki oleh para guru dalam rangka memenuhi portofolio. Tapi hal ini tampaknya menyebabkan para pendidik lengah dan lupa akan perannya sebagai guru. Para pendidik kurang memperhatikan kualitas mengajarnya karena disibukkan dengan sertifikasi. Selain itu, sertifikasi juga membuat para pendidik kehilangan waktu bersama keluarganya, karena mengikuti berbagai seminar yang diadakan guna memperoleh sertifikat yang kebanyakan seminar tersebut diadakan pada hari Sabtu dan Minggu. Lainnya, sertifikasi juga membuat para pendidik melanggar aturan dan melakukan berbagai kecurangan dan pemalsuan ijazah hanya demi memperoleh sertifikasi. 



B.Permasalahan

Sejak tahun 2007, sertifikasi guru melalui portofolio mulai dilaksanakan di Indonesia. Tidak tebatas, apakah guru tersebut adalah berstatus guru swasta, atau Pegawai Negeri Sipil (PNS), apakah Guru Tidak Tetap (GTT) ataupun Guru Tetap (GT), semua guru berhak dan memiliki kesempatan yang sama asalkan sesuai dengan yang disyaratkan.
Proses pelaksanaan sertifikasi tersebut, banyak dijumpai suatu kenyataan yang tidak seharusnya terjadi. Berikut adalah masalah-masalah yang seringkali muncul dan dialami oleh guru. Masalah yang terjadi menyangkut hal-hal sebagai berikut: Pertama, sosialisasi yang tidak sukses. Langkah awal proses sertifikasi ialah sosialisasi. Penyebarluasan informasi tentang sertifikasi ini merupakan “pintu gerbang pertama” agar kemudahan akses berikutnya dapat dilaksanakan dengan baik. Selama ini, informasi tentang sertifikasi melalui dua jalur. Jalur pertama, dilaksanakan dalam Musyawarah Kepala Sekolah (MKS), dan kedua ialah mengakses internet.
Kendala yang kemudian hadir, kepala sekolah tidak melaksanakan fungsinya dengan baik dalam mensosialisasikan kembali, apa yang diperolehnya. Kesibukan sebagai kepala sekolah, dan atau sentimen negatif kepada anak buahnya, menyebabkan seringkalinya informasi tersebut tertahan pada guru-guru tertentu saja. Selanjutnya, melalui internet memiliki keterbatasan tersendiri. Selain guru yang malas belajar, ataupun tergolong “Gaptek” (gagap teknologi) atau “jahiliyah IT”, guru-guru di daerah terpelosok, bahkan tidak tahu-menahu bagaimana caranya mengoperasikan komputer, apalagi internet. Keadaan ini tidaklah terlalu mengagetkan, apabila, kemudian sosialisasi sertifikasi guru tidak sesuai harapan. 
Kedua, mentalitas terabas. Setelah dikeluarkannya ketetapan tentang sertifikasi guru dan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan, maka tahapan berikut adalah berhadapan dengan beberapa problema kultural masyarakat Indonesia. Koentjaraningrat pada tahun 1970-an mengingatkan, bahwa masyarakat Indonesia belum siap memasuki masyarakat moderen dunia. Alasannya, perilaku masyarakat yang suka menerabas, mulai dari menerabas jalan sampai menerabas aturan-aturan sosial.
Berselang tiga dekade, tampaknya peringatan antropolog tersebut masih berlaku hingga sekarang. Mental guru terabas ini dapat dicontohkan dengan perilaku culas yang dilakukan guru dalam memalsukan piagam sebagai bagian dari kelengkapan portofolio, bahkan pada kasus sebuah sekolah di Jakarta, yakni guru yang diajukan oleh kepala sekolah untuk proses sertifikasi adalah guru lulusan D3, padahal syaratnya ialah harus lulusan S1.
Ketiga, pemalsuan dokumen. Keinginan guru untuk memperoleh sebuah sertifikat pendidik, sekaligus tunjangannya, melahirkan perilaku yang tidak layak bagi seorang pendidik. Mental terabas yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, pada dasarnya amat mempengaruhi fenomena pemalsuan dokumen ini. 
Hampir seluruh wilayah di Indonesia, ditemui kasus pemalsuan dokumen. Adapun diantara kasus tersebut adalah sebagai berikut
1. Ijasah perguruan tinggi tidak tercatat di Depdiknas maupun Kopertis.
2. Legalitas piagam penghargaan diragukan karena nomor dan tanggal pengesahannya ternyata tidak berbeda jauh.
3. Legalitas piagam pelatihan terlihat bekas penghapusan informasi pemilik sebelumnya.
4. Upaya plagiat atau mengambil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru yang terdahulu dan mengganti dengan nama peserta yang bersangkutan.
5. Penelitian yang dilakukan 3 – 4 kali setahun, padahal maksimal guru hanya mampu melakukan PTK sekali dalam satu tahun. 
Terlihat jelas, bahwa pemalsuan yang dilakukan tidak terbatas hanya pada dokumen profil diri, seperti piagam, sertifikat, atau ijazah, akan tetapi menyangkut penjiplakan karya tulis ilmiah orang lain. Yang lebih parahnya lagi, penjiplakan demikian kerapkali tidak seizin dari pemilik aslinya, dan itu termasuk telah melanggar UU Hak Karya Intelektual (HaKi).
Selain yang berkaitan dengan masalah hukum, apa yang terjadi tersebut erat kaitannya dengan budaya tulis dan etos belajar (berpikir) yang berkembang didunia pendidikan, khususnya guru. Seringkali dijumpai pada sekolah-sekolah, guru tidak gemar dalam menulis, kecuali untuk kenaikan pangkat. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh motivasi belajar, tetapi juga karena budaya membacanya amat kurang. Pada umumnya, gemar membaca berkorelasi dengan kelihaian menulis, dan itu membutuhkan pembiasaan. Inilah yang miskin didunia para pendidik Indonesia. Sehingga dengan ketiadaan hasil menulis inilah, baik itu di koran, jurnal, atau hasil penelitian ilmiah, kemudian menyeret diri guru untuk membohongi dirinya sendiri untuk memenuhi tagihan portofolio dengan cara membajak karya orang lain.
Keempat, konflik horizontal. Sebelum berkas kelengkapan portofolio guru diberikan kepada pihak ditingkat kabupaten/kota, maka seleksi diberikan sepenuhnya pada pimpinan satuan pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah yang diketahui oleh pengawas. Dengan standarisasi penilaian yang disajikan pada buku panduan penilaian, kepala sekolah memiliki wewenang penuh untuk menempatkan guru-guru yang akan diajukan, dan diberikan penilaian. Seringkali, aturan yang telah dibuat tidak diindahkan.
Dalam pembahasan sebelumnya, terlihat pelanggaran kualifikasi lulusan yang disyaratkan adalah S1, tapi lulusan D3 tetap diajukan oleh kepala sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi konflik antar sesama guru. Sesuai dengan kuota pengajuan, maka yang diprioritaskan adalah yang memiliki masa mengajarnya terbanyak. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi guru yang “dekat” dengan kepala sekolah meskipun masa mengajar jauh lebih pendek, dibanding guru yang sudah lama mengajar, ternyata diajukan sebagai peserta sertifikasi. Hal ini makin memicu konflik diantara guru. Dilain hal, potensi konflik horizontal antarguru dapat terjadi. Guru yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik akan memperoleh tunjangan profesi, sementara sebagian lainnya belum, padahal kewajiban para guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar adalah sama. 
Kelima, asesor yang buruk. Pemahaman kata buruk bagi asesor adalah untuk mengkategorikan penguji sertifikasi yang meragukan. Keraguan akan kemampuannya, karena ditemui keburukan-keburukan yang dilakukan asesor, baik itu ketidakjelihan atau ketidaktelitian, maupun unsur penyogokan.
Tidak selamanya para asesor yang dipilih oleh LPTK memiliki kualifikasi yang dapat dipercaya. Beberapa kasus menunjukkan, asesor ternyata dapat bernegosiasi, bahkan sampai praktik penyogokan. Dengan memasukkan sejumlah uang ke dalam amplop kemudian menyelipkannya di lembaran portofolio, guru peserta akan memperoleh kelulusan. 
Di berbagai tempat proses sertifikasi memunculkan ketidakadilan, yakni asesor yang nota bene adalah dosen LPTK yang belum diuji keprofesionalannya di lapangan, harus menguji guru yang telah puluhan tahun mengajar. Selain itu, terdapat sebuah kasus yang menimbulkan pertanyaan kenapa guru yang hanya memiliki ijazah D3 dapat lulus dalam beberapa proses sertifikasi, sedangkan dalam peraturannya adalah harus S1, apakah ahal ini merupakan kesengajaan atau hanya kealpaan para asesor.
Keenam, sertifikasi guru tidak menyentuh masalah pendidikan. Sertifikasi guru secara ideal sepertinya hanya lebih memfokuskan pada tugas keprofesionalannya pada satuan pendidikan dimasing-masing tempat mereka bekerja. Dengan tunjangan yang diperolehnya dan ketentuan jam kerja harus 37, 5 jam dalam seminggu, akan dicapailah predikat “guru luar biasa” (=biasa di luar), artinya guru bersertifikat hanya bekerja pada satu tempat, tidak seperti dulu yang bekerja di luar sekolah demi mencukupi kebutuhan hidupnya. 
Pemerintah berharap, bahwa dengan mengeluarkan kebijakan berupa keharusan sertifikasi guru, semua persoalan dapat teratasi termasuk guru profesionalnya seorang guru, peningkatan mutu, dan kompetensi yang tinggi dalam dunia pendidikan. 
Akan tetapi, pemerintah seringkali lupa, kalau keprofesionalan harus dibangun dalam proses yang panjang. Yang meliputi banyak hal, dan tidak hanya dengan peyederhanaan melalui sertifikasi. Bagaimana mungkin guru yang ikut sertifikasi menjadi guru yang berkompeten, apabila dalam memenuhi tagihan portofolio kebanyakan bertindak culas. Selanjutnya bagaimana dunia pendidikan Indonesia bisa mengalami kemajuan, sedangkan calon gurunya terdiri dari mahasiswa yang gagal diterima pada jurusan favorit, dan belum lagi masalah sarana dan prasarana yang jauh tertinggal dengan negara tetangga.
Dengan kenyataan sekarang ini, banyak para pakar pendidikan menyatakan, bahwa pemberian sertifikasi bagi guru tak menjamin peningkatan mutu pendidikan nasional, karena sertifikasi guru cenderung pendekatan formalistis dan tidak menyentuh substansi masalah pendidikan di Indonesia.


C.Pembahasan Masalah
Gagasan yang akan dipaparkan tidak terbatas hanya kepada upaya menyiasati problema yang muncul seperti pada pembahasan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pembenahan sertifikasi guru dan itu menyangkut pendidikan di Indonesia, merupakan wilayah yang amat luas serta rumit. Boleh jadi pembahasan yang dilakukan akan tumpang tindih, namun demikian harapannya dapat dipahami, bahwa hal demikian merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan erat hubungannya. 
Keterkaitan dalam meretas gagasan terhadap sertifikasi guru dan pendidikan di Indonesia, haruslah dibenahi pada tiga pilar, yakni pemerintah, LPTK, dan Guru. Pada pilar pemerintah mencakup kebijakan pemerintah, dari eksekutif sampai Dinas Dikmenti, sedangkam pilar LPTK meliputi strategi yang canggih dalam menjaring dan mengevaluasi hasil produknya. Untuk pilar ketiga, haruslah dibenahi guru, baik itu melahirkan budaya menghasilkan kajian akademis, maupun memupuk jiwa seorang guru yang profesional sekaligus mulia.
Anggaran negara untuk pendidikan sebesar 20% seharusnya direalisasikan secara penuh, dengan demikian sarana dan prasarana, serta alat pendukung pendidikan lainnya dapat terpenuhi sebagaimana mestinya, apabila belum mampu menyamai dengan negara maju, maka standar minimal harus terpenuhi. Harapannya tidak ditemui lagi sekolah yang roboh, rusak, tidak memiliki komputer, belum ada jaringan internet, buku minim, guru terbatas, dan tidak memiliki media pembelajaran.
Seiring dengan dilaksanakannya pemenuhan infrastruktur tersebut, regulasi yang menyangkut tentang sertifiksi guru haruslah disempurnakan. Menghasilkan standarisasi asesor yang berkualitas serta dapat dipercaya. Apabila asesor yang memenuhi syarat amat sedikit maka pemerintah tak perlu ragu untuk menyew asesor dari luar negeri demi tercapainya mutu pendidikan Indonesia. Hal demikian mengingat bahwa salahsatu kunci kemajuan pendidikan adalah guru yang telah memenuhi standar sertifikasi, pengalaman ini dapat dilihat dari Jepang yang memiliki pola sertifikasi sejak tahun 1974, Amerika Serikat tahun 1992, dan Cina tahun 2001.
Penambahan tunjangan profesi bagi guru yang memperoleh sertifikat dan portofolio, sudah cukup memadai. Hanya saja, realisasi pembayaran yang masih belum jelas akan ditunaikan, menjadi masalah. Terlepas dari kemungkinan “kebocoran” disana-sini, ketidakjelasan pengucuran hak guru tersebut, menunjukkan lemahnya pengolahan keuangan dan tentunya pemberi kebijakannya. 
Pada bagian portofolio, dimana banyak ditemui keculasan yang dilakukan guru, maka pemerintah harus berindak tegas. Tegas yang dimaksud adalah harus direalisasikan dengan pengawas yang juga tegas, artinya demi menuju perbaikan, penegasan bagi pelanggar harus dilaksanakan. Bagi semua guru, baik itu guru PNS atau swasta, yang melakukan keculasan dalam memalsukan dapat diperlakukan penundaan kenaikan jabatan, sampai diberhentikan. Setelah itu dilanjutkan dengan proses hukum atas pemalsuan ijazah atau sejenisnya.
Proses tersebut pada dasarnya menyangkut pula kepada institusi pada tingkat kabupaten/kota, dalam hal ini Dinas Dikmenti dan satuan pendidikan (sekolah). Kepala sekolah selaku pemimpin tertinggi di sekolah harus tegas dan berani mengadukan pemalsuan dokumen kepada Dikmenti, dan Dikmenti melanjutkan kepada asesor, dan asesor kepada ke kepolisian. Yang terjadi selama ini dalam proses sertifikasi, pemalsu dokumen, berkasnya dikembalikan ke Dikmenti dan si pemilik segera memperbaiki. Hak mengikuti sertifikasi masih melekat, harusnya dicabut sampai waktu yang tidak ditertentukan.
Jauh sebelum akhir sertifikasi tersebut, masalah sosialisasi yang tidak sempurna harus diperbaiki, perubahan segera dilakukan. Pihak pemerintah, terutama Dikmenti harus menanggalkan dikhotomi antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, sehingga pelayanannya tidak setengah-setengah. Hal ini diakui banyak guru, bilamana meminta informasi terkait sertifikasi. Selain itu, saluran sosialisasi jangan terbatas melalui MKS, dan internet, akan tetapi diperluas melalui surat kabar, dan televisi. Apabila memungkinkan setiap guru di sekolah memperoleh buku sosialisasi yang memuat panduan sertifikasi guru. Sebagai penutup pada pilar pemerintah, portofolio yang dikumpulkan jangan terbatas kepada fotokopinya saja, akan tetapi berkas yang asli ikut disertakan dengan catatan, pemerintah menjamin tidak akan ada kerusakan, apalagi kehilangan.
Dalam mengatasi asesor yang buruk, dan guru yang tidak kompeten. LPTK harus menyusun standarisasi yang menuju kepada kriteria asesor dengan standar internasional. Setelah itu, diumumkan secara publik, persis yang dilakukan beberapa universitas belakangan ini dalam menjaring rektor dan dekan. Bilamana tidak ada yang mumpuni memenuhi kriteria tersebut, dengan sadar diri, LPTK harus membuka lowongan lebih luas, bahkan sampai ke dunia internasional. Sumpah jabatan dan tunjangan yang sepadan harus dikedepankan juga. 
Dengan dilatarbelakangi keyakinan bahwa suatu hasil tidak dapat dipisahkan dari proses dan inputnya. Artinya, sistem penerimaan bagi yang berkeinginan menjadi guru, proses yang digulirkan, dan evaluasi yang dilakukan secara simultan harus benar-benar dibenahi.
Tunjangan profesi sebagai guru cukup menjanjikan profesi guru dimasa depan, dengan demikian jurusan kependidikan akan naik tingkat, minimal tidak lagi menjadi “jurusan sisa” karena seringnya mahasiswa yang memilih menjadi calon guru, karena gagal dalam memperoleh predikat lulus pada fakultas favorit. Untuk menjaring calon guru ini, haruslah dimiliki standar yang tinggi, antara lain adalah kemampuan bahasa asing, ilmu hitung-menghitung, nasionalis, dan kepribadian nyaris tanpa cela yang layak sebagai seorang guru. Proses pendidikan sudah seharusnya diperbaiki, selain dosennya harus direformasi agar benar-benar berkualitas, kurikulum pendidikan juga harus up to date dan futuristik.
Terkait dengan evaluasi, LPTK seyogyanya dapat melakukan langkah konkrit sebagai berikut:
1. Adakan analisis kebutuhan tentang pemicu atau penyebab ketidakberesan guru di lapangan.
2. Himpunlah prioritas dan susunlah langkah perbaikan. Lakukan pengujian secara berkala.
3. Apabila terjadi ketidakberesan, bahkan cela bagi guru, maka kembali kepada langkah 1 dan 2.
4. Jika masih terjadi ketidakberesan, bahkan cela, cabut ijin mendidiknya. Ini berarti, guru tersebut tergolong sebagai produk salah rancang. Dalam keempat langkah ini, LPTK harus bersinerji dengan sekolah.
5. Evaluasi program LPTK secara berkala, dan sepertinya sebuah badan evaluasi independen dapat diundang untuk bekerjasama
Disamping pihak pemerintah memperluas dan memperbanyak intensitas pelatihan, dengan langkah-langkah di atas, LPTK juga ikut serta mengontrol “perawatan standarisasi kualitas” kompetensi guru. Guru merupakan ujung tombak pendidikan, hal ini karenakeberhasilan siswa disebabkan oleh campurtangan guru. Gurulah yang terdepan dalam agen pembelajaran, dan pendidikan dipengaruhi oleh kualitas kompetensi guru. Dalam banyak kasus yang ditemui, kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru.
Pembenahan input, proses, dan evaluasi yang dilakukan LPTK tersebut, tidak berhenti begitu saja. Bagi guru yang sudah memperoleh sertifikasi haruslah dipindahtugaskan ke sekolah yang lain, ada semacam rotasi guru selama satu tahun pelajaran. Hal ini dilatarbelakangi oleh kinerja guru PNS yang terhitung malas dan terkesan sebagai “guru asal”, yaitu “asal masuk”, “asal ‘ngajar”, dan “asal nilai”. Tujuan rotasi guru ini untuk menumbuhkan sistem dan etos kerja yang rasional dengan mengembangkan “budaya malu”. Artinya, kinerja akan meningkat karena guru membawa nama baik sekolah asal dan memegang predikat selaku guru profesional.
Seiring dengan ini, pada tahap regulasi positif bagi pengembangan guru seharusnya dikenakan sebagai kewajiban. Penumbuhkembangan kesadaran sebagai civitas akademi intelektual, dilakukan secara bertahap melalui penyadaran dalam berbagai bentuk pelatihan manajemen diri, mengikuti penulisan ilmiah, sampai dengan menghasilkan buku teks atau sejenisnya. 
Usaha tersebut tidak dilepaskan begitu saja. Kekurangan selama ini, di sekolah dan Dikmenti tidak memiliki suatu sistem pengawasan yang benar-benar berkualitas, tidak hanya melulu terkait dengan administrasi dan formalitas. Sudah saatnya diajak bekerjasama pihak non-pemerintah yang independen, non-profit, semisal KPK, untuk menjadi pengawas dalam proses pendidikan. 
Guru yang masih memiliki sikap cela, seperti korupsi, tindakan kekerasan, pencabulan, harus ditangani secara serius, dan tidak hanya sekedar terapi kejut saja. Hal ini amat dianjurkan, mengingat biaya yang besar dikeluarkan rakyat melalui pemerintah untuk pendidikan, dan keinginan untuk tetap melestarikan pandangan positif masyarakat terhadap guru. 
Moral buruk yang dimunculkan beberapa guru yang belakangan ini tertampilkan di media massa dan elektronik, sudah seharusnya posisi kepribadian guru dikembalikan kepada makna mulia, seperti yang digagas Ki Hadjar Dewantara. Tentunya menjadi guru Indonesia yang ideal , yakni guru yang berwawasan internasional, profesional, sekaligus berkepribadian mulia.




D.Kesimpulan dan Saran

Dari permasalahan dan pembahasan diatas, sudah saatnya guru tidak lagi dipinggirkan dalam menentukan kebijakan. Guru hendaknya tidak lagi terkungkung sebagai “guru birokratif” yang hanya mengikuti apa yang diinstruksikan atasan, akan tetapi haruslah menjadi “guru profesional”, yakni guru yang menentukan, berpikir kreatif, dan kontekstual. 
Keputusan yang menyangkut kepentingan tentang pendidikan, sudah seharusnya guru mengambil bagian untuk mempengaruhi kebijakan, jangan lagi menjadi “penonton di rumah sendiri” guna melangkah menuju pendidikan Indonesia yang lebih baik, bukan hanya pemerintah berpihak kepada dunia pendidikan, ataupun LPTK yang bonafit, akan tetapi guru itu sendiri yang harus berkompeten, profesional, dan berkepribadian mulia.
Kesenjangan yang hadir, seyogyanya sudah tidak perlu lagi mengolok-olok guru yang melakukan berbagai tindakan tercela, selain karena tidak mewakili guru secara keseluruhan, sistem proses pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio harus pula dibenahi. Pembenahan inilah yang menjadi fokus utama, disamping kebijakan pemerintah yang sudah seharusnya dilaksanakan, seperti realisasi 20% anggaran negara untuk pendidikan, pembayaran tunjangan profesi, dan kesejahteraan lainnya dalam bentuk rupiah ataupun beasiswa. Semoga.


BUTET MANURUNG "Gak Keren Mati Tanpa Dikenang"

Kamis, 12 Agustus 2010

Crackers...Krakkkkkkk !!!!! Kres kres .....

Bekerja profesional itu, tidak mementingkan sesuatu yang tidak sama sekali penting untuk dipentingkan. Aparat negara itu bekerja bukan dari kata "Jarene, Saya Dengar, Kata Teman Saya, dan kata-kata lain yang sejenisnya yang mengandung arti kata sama dengan dan kurang lebihnya seperti itu "

Pemimpin, atasan, orang besar itu yang dikuti atas perkataannya. Tapi karena kita orang birokrasi ya tulisan dan tanda tangan panjenengan yang saya ikuti. Panjenengan buat aturan, petunjuk, dan arahan salah maka saya pun akan jalankan yang salah pula. Karena bekerja bukan cari baik dan benarnya. Bekerja itu ikuti aturan. Saya tahu itu salah menurut analisis bahasa dan logika.
Namun itulah yang telah tersurat dan telah dibubuhi stempel serta tanda tangan. Apakah saya harus melawan???? Jawabnya iya!!!!! Tapi itu dalam perkataan sebagai bahan pemikiran agar anda kembali memikirkan. Dan tentunya dalam hati dan prinsip saya bahwa anda adalah salah!!!!

Tapi apa yang anda katakan??? " Saya ini lebih senior disini, saya atasan kamu, kamu itu tinggal mengikuti apa yang saya perintahkan" Okelah ...oke..... gak masalah meskipun pada hari ini saya yang harus menerima imbas untuk mendengar makian dan ceramah yang seharusnya sama sekali tidak penting untuk saya dengarkan dari orang yang juga sama sekali tidak penting untuk saya temui.

Buat saya hal semacam ini sudah jadi makanan ringan semacam crackers yang sama sekali tidak mengenyangkan, namun ada kalanya kita memang kita perlu manyantap crackers itu agar kita tak bosan makan nasi setiap hari. Namun buka berati itu hal penting yang harus dilakukan. Cukuplah hanya sekejap seperti saat ini seperti aku sedang makan crackers pun hanya sekejap, karena aku tak puasa hari ini. percuma juga puasa kalau cuma nahan haus ma lapar......

Tak doakan semoga stempel dan tanda tangan mu akan segera dimbangi dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Sekali lagi bekerja profesional bukan mencari baiknya. Tapi mengikuti peraturan. Salah tanda maka salahlah langkah. Jika salah langkah jangan hanya menyalahkan yang melangkah Tanyakan...siapa yang memasang tanda. Tegur agar ia berpikir dan beusaha jadi lebih baik. 



Milis Mbak Dyan

Hari ini seakan Karyo tak percaya dengan apa yang ia dengar di telinganya. Rasanya seperti sebuah petir yang menghantam kepalanya. Mengakhiri hidupnya yang penuh dengan dosa. Hamdalah puji syukur kepada Allah.......... terima kasih karena Engkau telah mangabulkan doa-doa kami.
Doa para anak bangsa yang kerap kali luput dari sebuah perhatian. Tak hentinya Karyo terus meneteskan air mata bahagia selama perjalanan siang tadi. Dahulu dia sempat pesimis semua ini akan terjadi, bahkan amat mustahil bila ini terjadi. Bagaimana tidak, sebuah SD terisolir dan terpencil sangatlah tidak mungkin mendapat dana pengembangan potensi sekolah bernilai ratusan juta rupiah.
Yaaaaaa dana senlilai 150 juta adalah angka yang sangat fantastis bagi sekolah Karyo yang hanya memiliki 56 siswa.
Semua ia dapatkan tanpa proposal, tanpa tanda tangan apalagi pemberitahuan tertulis lengkap dengan segala macam atribut birokrasi serta thetek bengeknya ciri khas negeri ini. Dan pada sore ini saat dia buka Gmail dia dapatkan 1 pesan baru dari sebuah teman di dunia maya terkirim 4 hari yang lalu.
"Ass.Wr.Wb..... Sahabat!!! Kami telah membaca dan mengerti keadaan kalian, email mu telah kami terima gak usah kau pikir tentang A-Z atas perkara ini sudah ada yang membereskan. Semoga hari kedepan menjadi lebih baik oke..... senyum donk!!!! Selalu bersemangat ya, boleh kok mengeluh tpi jangan sering-sering ya. Masa depan negeri ini ada di tangan kalian. Aku tuliskan email balasan ini atas pesan dari Si ......Kiranya jarak Jakarta-Ngawi terlalu jauh. Semoga Email ini cukup untuk mewakili. Aku doakan semoga kelak kau mampu duduk di Kursi di sudut ruangan ini. Salam buat teman-teman di Ngawi, kalu ke jakarta mampir ke lantai 4 aku tunggu. Wss...... "

Karyo Aku turut bergembira atas apa yang telah kaudapatkan ingatlah semua ini datang dari Allah.
Yakinlah bahwa Allah mengabulkan doa-doa kita dengan tiga caranya
Karyo....teruslah berkarya, sebisa apa yang kau bisa yang tak bisa mereka lakukan, karena itu adalah dirimu.

Selasa, 10 Agustus 2010

Tanah Berwujud Wajah

Kalau diperhatikan benda ini mirip wajah manusia, bukan syirik,musyrik dan sebagainya. Yaaaaaa hanya sekedar iseng gabung-gabungkan khayalan ternyata nyambung juga ne benda jadi sesuatu perwujudan. Intine gak usah dipermasalahkan tentang faktor X nya. Gambar ini diambil tanpa ada rekayasa apapun, murni dan apa adanya.
Foto By : Nokia Jadul
Padahal ini cuma gumpalan tanah, berada diantara akar yang tak pernah diperhatikan oleh orang yang melintas. Karena letaknya memang tepat di sisi anak tangga keluar dari air terjun Grojogan Sewu. Namun tanpa kita sadari alam telah merubahnya menjadi sesuatu yang dapat membuat kita semakin meyakini kebesaran Sang Pencipta.

Senin, 02 Agustus 2010

Jangan Bicara Tentang Keadilan Di Negeri Ini

Kembali kamipun melihat
Anak negeri menangis di bumi pertiwi

Tanpa kuharus lanjutkan tulisan ini
Akupun tak kan jumpai kupu-kupu indah dalam taman bunga

Kala bunga tak lagi mewangi
Bukan kerana musim yang mengilangkan harumnya ....

Kala burung tak lagi baernyanyi
Bukan karena musim tlah tanggalkan rantingnya


Dalam setiap perjalanan aku selalu bertanya, mengapa manusia selalu berkehendak melebihi Tuhan?????

Minggu, 01 Agustus 2010

Dulur ......Iki ada Tugas Kuliyah dari MUH. SUPRIYANTO, SE.M.M

Ass.Wr.Wb

Dulur ....Intine Kie langsung wae yow!!!!!!
Hari ini, Minggu 01 Agustus 2010, aku dicangar kuliyah dhewe jam pelajaran terakhir mata pelajaran e IPS. Wes jan dhewe dhewe pkok e ... ora ana sapa-sapa.  Soale kabeh pada pulang. Lha aku bar sholat kembali soale dompetku keri nang kelas. Jeblok ngunuw!!!! padahal dhuwite yow cuma Rp.10.000,-. Jadi.... yang tadi ibu ibu yang masuk bilang jam terakhir kosong itu. Ternyata ibuknya tadi salah ngomong dan kita juga salah tangkap informasi!!!!!! Harusnya si ibu tadi masuk dikelas kita jam pelajaran pertama!!! Tapi tenang saya selaku orang yang bertanggung jawab serta dapat dipercaya hwa hahahahahhahaa dan satunya yang masih tinggal dikelas maka !!!!!! Saya telah bebicara dengan beliau ( Pak SUPRI) dari hati kehati serta pikiran yang padang dan tenang. Masalah ini tidak perlu diributkan dan dipermasalahkan. Tetapi beliau meninggalkan tugas yaitu :
  1. Absen 1 -15 diberi tugas mencari bahan kajian untuk diskusi mendasar Modul 1 Pembelajaran 1tentag Social Studies. Dan  diharapkan masing-masing mahasiswa tidak sama.
  2. Absen 16-Terakhir diberi tugas mencari bahan kajian untuk diskusi mendasar Modul 1 Pembelajaran 2 tentang Paradigma Pendidikan IPS. Dan  diharapkan masing-masing mahasiswa tidak sama.
Yoww wes pkoke kurang luwihe intine ngunu iku, kalu ada salah e ya minta maaf soale aku yow belum punya modul. Maklum urung registrasi.......

Bagi yang ingin fotocopy RAT (Rancangan Aktivitas Tutorial ) ada disaya. Isine yow nanti silakan baca sendiri kalu sudah pegang. DI COPY NANTI KALAU SUDAH MASUK GAK PAPA HADI ORA USAH BINGUNG.

Ya wes begitu sja info dari saya, kalau ada yang kurang jelas bisa tanya ke kelas lain yang berdekatan. Tugasnya sama kok. Gak perlu telepon saya, kalau sms mgkn saya bls. Tp kalau telepon jangan harap saya angkat. Apalagi tidak ada namanya. Muales.....

Pesen saya!!!! Kita sama Pak MUH SUPRIYANTO S.E.M.M, berbaik baik ya..... biar semuanya jadi baik. Jangan diulangi seperti peristiwa dengan Pak Made.

Terima kasih wasalam... 

Jangan lupa tinggalkan pesan kalau sudah mapir di Blog saya ini.

Semangat semangat ....Ws.Wr.Wb....

Mahasiswa Yang Malang, Hiksssssssssssss Mahasiswa Ngendi Iki ......

Entah lah gak tau juga seh apa inti dari semua. Yang jelas untuk mendapatkan sebuah info yang  fresh  bagi kami adalah suatu hal yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan mustahil alias tangeh nganggo lamun. Dikatakan kami gak peduli toh kami selalu mencoba mencari tau. Tapi mosok iyow towwww ..... sebuah institusi besar sebesar tempat kami kuliah TIDAK MAMPU atau "TIDAK BERMINAT" MENURUT SAYA membangun sebuah jaringan komunikasi dengan ribuan mahasiswanya.

Mosok yow ada tow... informasi kuliah harus lewat sms??? atau dalam bahasa jawa kerennya Gethok Tular yow ada sehhh tapi yang wajar-wajar saja. Iyo kalau gak tu info disabotase. 
Padahal ada lhoooo cara yag sangat gampang buat ngatasinya!!!! Tinggal buat sebuah website sewa hosting setahun cuma berapa tow.... gak sampe seratus ribu. murah towwwwww. Kalau dalihnya gak punya biaya buat aja Blog. Banyak tu hosting-hosting blog gratisan. Tetep gak mau??? mau dalih apa lagi??? Gak ada Tenaga??? Mosok tow ....pegawai segitu akehe, Gaptek semua???? Astgfrlh...... Kok yo ada ya!!!!! hwa ha hahhahahahahahahahah auuwwwwwwww auw auwwww. Padahal saya tau lho mereka-meraka suka maen FB an... heheheheheh kan sering chat ma saya.

Ya......seh memang tak banyak mahasiswa yang peduli dengan keadaan ini.Ya...........hanya satu dua orang yang peduli. Yang lain masa bodo.....mereka kan kuliah di tempat ini karena putus asa karena tidak diterima kuliah dimana-mana (kasaran e nuw Tinimbang Nganggur "Fakta" karena saya sering investigasi hi hi hi), yaaa apapun dalihnya  toh ujung-ujung e juga buat diri sendiri. Tapi gak papa kan kalau aku sedikit protes meskipun aku bukan yang punya institusi ini??? Hemmmmmmmmm tapi kenapa dan kenapa ya??!!!??? Aku harus repot memikirkan hal seperti ini????  ahhhhh gak taulah ..... Aku kan cuma nulis daripada jadi ganjalan di kepala aku, lak malah besar kepala ntar wahhh jangan jangan Hydrocepalus aku..... jkikkkkkkk hehehehehe.
Manusia memang beraneka ragam bentuk dan tingkah lakunya. Yang jelas saya merasa prihatin. Moto serta tujuan yang diciptakan begitu luar biasa yaaaaa tentunya itu semua dari atasnya sana .... hem hem. Gak tau di daerah mau jadi kayak gimana. Mungkin hanya dipatahkan dengan hal-hal yang sama sekali gak masuk diakal.... Ughhhhhhh.....  tak taulah.

Yang pasti harusnya tulisan ini aku selesaikan tadi pagi ketika jam pertama menunggu kekosongan mata kuliah, tentunya diantara ibu-ibu yang berisik berbincang tentang gak tau ngomong apa tadi?????  Aku kan duduk dipojok deket jendela yo jadine ora mikir. Tapi ........ karena bateraiku habis dan berhubung Mas Suryanto HS telah masuk keruang kelas, makanaya daripadanya itunya ...halahhhh. Tak uwisi lak ku nulis. Yo baru sore ini aku bisa kembali nerusne.

Yahhhhhh intine pokok e, Bapake Ketuane Institusine tolong donk manajemen informasi itu dibenahi. Sudah berulang kali saya menyampaikan keluhan (atau mungkin cuma saya kali yang mengeluh sampe-sampe ora digubris).... biar kita dapat info tu gampang dan tidak simang permepatan ehhhhh salah simpang iur maksud e. Disamping itu pihak institusipun kesan e yo ada wibawane. mosok tow info pake sms, nomer e gonta ganti pisan ...halahhhhh. kesel aku nyimpen nomer HP ne. Terlebih lagi kita juga gak perlu berjubel ber uyel-uyel apalagi harus kruntel-kruntel, siapaun kita dapat dengan mudah menikmati info. Ingat-ingat kia punya institusi negeri lhoooo!!!!! terbesar pula.....

Oke ....sekiranya begitu saja!!! Saya seorang mahasiswa yang malang sedikit menyampaikan keinginan serta harapan. Mohon maaf bila ada salah kata. Ini buat kebaikan semua kok. Monggo .....suwun....Ass....Wr...Wb...

Ehhhh yowww. Nambah sedikit, sedikit prihatin juga nehhh!!! masak tow!!!!! Guru-guru dan calon guru kalau kuliah dandanane kayak mau pentas orkes melayu di kondangan e orang sunatan. Halahhhhhhh (Prihatin.nyadar......nyadar...Yang sopan dikit ya meskipun kasarae ora tau salin klambi tapi nak kuliyah kie yow belajar berpakaian yang sopan juga..... Peh kuliah e dianggep dolanan wae , ahhhh gak taulah ntar dikira aku orang usil sok crewet bla bla bla bla ....... c u ........ )
Iki salah siji contoh e.....