Hari ini untuk yang entah
keberapa kalinya aku tak melihat mobil mewah itu terpakir dibawah pohon mangga yang
telah renta. Dalam hati aku kembali bertanya…apakah dia sakit lagi??? Ataukah
sedang ribut kembali dengan suaminya??? Ahhh tak tahulah, yang ku tahu memang
sudah jadi kebiasaan baginya untuk tidak masuk kerja, apapun alasanya. Toh Si
Bos juga gak pernah protes apalagi menegur. Sebab negara yang menggaji bukan Si Bos, apalagi aku.
“Pak Karyo…….” sebuah suara
mengagetkanku, ternyata Abdullah Si Anak kecil mungil yang selalu
tersenyum setiap menyapaku.
“Pak…nanti Pak Karyo mengajar di
kelas saya ya, ya pak ya….” Sambil terus dia memegangi celana krem lusuhku.
“Maaf ya Dul…. Bapak gak bisa,
pekerjaan bapak masih sangat banyak, bapak masih harus mengecat tembok, dan
belum lagi membenahi tapa kantor yang bocor”
“Tapi pak, kita nanti yang ngajar
siapa? Bu Suci tidak masuk lagi, bahkan sudah seminggu pak, pada waktu bapak kecelakaan dia juga tidak
masuk.
“Kami juga ingin belajar pak…”
“Kami jenuh hanya bermain di dalam
kelas dan mengerjakan lembar-lembar LKS yang tak pernah dinilai, apalagi
dibahas, kami bosan pak” kembali Abdullah merengek
“Hanya bapak diantara sekian
orang disini yang bisa mengajak kami bercanda dan tertawa”
Aku menangis dalam hati, dan sangat
mustahil untuk aku keluarkan linangan air mata ini, Kenapa batin ini selalu
berperang dengan kenyataaan. Kenapa hal yang sangat sepele tak mampu aku
lakukan kepada mereka. Yaaaa sepele menurutku namun sangat istimewa buat
mereka. Karena buat mereka tak perlu menghafal angka-angka logaritma seperti
layaknya anak-anak kota, sebab mereka hanya tinggal di sudut desa. Hanya kasih sayang
dan perhatian penuh yang dapat menguatkan mereka.
“Aku ingin sekali nak ….
menularkan ilmu-ilmu yang kumiliki meski tak seberapa karena aku yakin akan sangat
berguna bagi kalian” aku hanya dapat bergumam dalam hati dan menangisi
keadaanku dan hal itulah yang selalu terjadi berulang kepadaku.
Namun aku selalu sadar siapa aku
ini, aku hanya seorang kecil yang tak memiliki 18 digit angka dibawah namaku.
Mereka hanya biasa memanggilku Karyo. Tanpa imbuhan Bang, Mas, Om apalagi
Bapak. Hanya anak-anaklah yang memanggilku dengan sebutan yang spesial ditempat
ini.
28 Juli adalah hari ini dan tepat beberapa
tahu yang lalu, aku sempat mencoba menawarkan ilmuku pada anak-anak desa itu. Dan
aku sangat menikmatinya sama halnya dengan mereka. Kuajarkan mereka hal-hal
baru yang belum pernah mereka kenal bahkan akupun juga belum pernah
mengenalnya. Luar biasa…akupun berhasil. Padahal tak pernah aku bayangkan
sebelumya aku mampu menjadi pribadi yang tepaut 20 tahun dari ragaku.
Tapi apa yang aku dapatkan??? Rasanya
itu adalah hal yang sangat tak pantaas untuk kalian ucapkan, harga diri kalian
terlalu tinggi untuk mengatakan hal-hal serendah itu . dan akupun kembali
tersadar. Aku memang hanya seorang Karyo tanapa embel-embel abjad apapun
didepan dan belakang namaku, apalagi 18 digit angka dibawah nama. Berbeda jauh
dengan mereka, pribadi dengan embel-embel didepan dan belakang nama. Bahkan
kolom-kolom identitaspun hingga tak muat.
Dan hari ini 28 Juli 2010 aku
kembali teringat dengan waktu itu, sebuah cerita kesakitan yang membuatku kuat,karena
aku hany ingin melihat anak-anak itu selalu
tersenyum menatap masa depan mereka.
Dan kini tersenyumlah nak…. Unit-unit gedung
baru telah menunggu. Masa depan kalian masih panjang tidakkah kalian melihat
pohon Krisan dibekas pondasi renta itu? Dahulu ketika kemarau tiba kita selalu
menyiraminya bersama. Mengambil air
dengan bersusah payah dari sumur milik tetangga. Menjaganya dari rumput-rumput liar
diantara belukar.Dan kini lihatlah dia telah tumbuh besar, sebesar cita-cita
dan harapan kalian yang akan selalu mekar.
“Pak Karyo…..” aku tersontak
sedikit kaget
“Pak aku masuk dulu pak….” abdulah berpamitan kepadaku
Ya nak… dan aku tidak janji kalau
aku akan mengajar kalian hari ini. Kalian tunggu saja hingga Bu Suci datang. Sambil cemberut Abdullah berlari pada kelasnya di ujung utara tepatya di samping tempat yang tak layak dikatakan sebagai sarana MCK.
Akupun berlalu, tak terasa
setetes air mata telah berada di sudut mata